Bismillah.
Alhamdulillah, kaum muslimin yang dirahmati Allah kini kita telah berada di bulan Rajab. Tidak lama lagi akan menjumpai kita bulan Sya’ban dan kemudian Ramadhan. Siapa yang tidak rindu dengan datangnya bulan Ramadhan?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dalam keadaan beriman dan mencari pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berpuasa tentu tidak sekedar menahan makan dan minum serta pembatal puasa yang lain. Akan tetapi lebih daripada itu puasa menuntut kita untuk meninggalkan hal-hal yang merusak pahala puasa dari berbagai bentuk dosa dan kesia-siaan. Bulan Ramadhan memberikan pelajaran kepada kita bahwa sebesar apa pun kebutuhan kita kepada makanan dan minuman maka sesungguhnya kebutuhan kita kepada ridha Allah jauh di atas segalanya. Oleh sebab itu tidak selayaknya manusia hidup di dunia hanya untuk memuaskan kesenangan sesaat dan melupakan kehidupan yang kekal dan abadi di akhirat nanti; hanya ada dua tempat surga atau neraka.
Puasa memberikan kepada kita pelatihan untuk menempa kesabaran. Sabar bagi keimanan laksana kepala bagi anggota badan. Sabar adalah sebab kebahagiaan. Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada di dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.” (al-’Ashr : 1-3)
Untuk bisa menjalankan ibadah puasa, maka kaum muslimin harus memahami apakah hakikat ibadah? Ibadah merupakan perendahan diri dan ketundukan kepada Allah dengan dilandasi kecintaan dan pengagungan kepada-Nya. Ibadah tegak di atas 3 pilar utama; cinta, takut, dan harapan. Ibadah bukan sekedar tampilan fisik atau gerakan anggota badan. Lebih daripada itu ibadah harus berangkat dari dalam hati. Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu dengan berangan-angan atau memperindah penampilan. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang tertanam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan.”
Ibadah harus ikhlas dan sesuai dengan tuntunan. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami pasti tertolak.” (HR. Muslim)
Oleh sebab itu sebelum beribadah seorang muslim harus mempelajari makna dan tata-cara ibadah itu supaya dia bisa beribadah dengan benar dan mendapatkan keridhaan Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Puasa adalah ibadah yang sangat istimewa. Karena puasa Ramadhan adalah rukun Islam. Sebuah kewajiban bagi umat Islam kepada Rabbnya. Amal yang wajib adalah amal yang dicintai Allah lebih daripada kecintaan Allah kepada perkara yang sunnah. Dengan menjalankan ibadah puasa sesuai dengan tuntunan seorang muslim akan mendapatkan pahala yang sangat besar.
Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Jika kalian benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali ‘Imran : 31)
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi kita. Wallahul muwaffiq.
Penyusun : Redaksi al-mubarok.com